A Mindset that Can Cure the Heart and Humanity

‘Yang Membutuhkan’

widya 🇵🇸
2 min readSep 28, 2021
Photo by Matt Collamer on Unsplash

Apa hal pertama yang ada di pikiran kita kalau dengar atau baca “Yang Membutuhkan”? Sebagian dari kita mungkin akan berpikir ke arah ini:

Ada pemuda yang bersedekah ke “yang membutuhkan” karena dia mau membantu dan merasa kasihan kepada mereka.

Ada pemuda yang bersedekah ke “yang membutuhkan” karena dia berharap pahala Allah dari apa yang diperbuatnya.

Ada pemuda yang bersedekah ke “yang membutuhkan” karena merasa bahwa mereka perlu kita beri.

Dari tiga contoh di atas, terbentuk gambaran “yang membutuhkan” di pikiran kita, munculkah gambaran bahwa mereka “yang membutuhkan” ialah golongan fakir miskin, orang-orang berkebutuhan khusus, dan sebagainya? Gimana kalau kondisinya jadi seperti ini?

Pemuda pertama butuh para manusia yang kita anggap membutuhkan tadi untuk bisa mendapatkan rasa kemanusiaan.

Pemuda kedua butuh para manusia yang kita anggap membutuhkan tadi untuk menjadi sebab adanya pertolongan untuk kita di akhirat kelak.

Pemuda ketiga butuh para manusia yang kita anggap membutuhkan tadi untuk bisa mendapatkan rasa kebahagiaan.

Setelah berpikir sejenak dan memahami perbedaan pada dua kondisi yang ada, muncul pertanyaan ke diri ini bahwa seberapa sering dan kuat kita memasang mindset dan sadarin diri kalau sesungguhnya kita juga butuh mereka (yang membutuhkan atau berkebutuhan khusus)? Sadarkah jika kita juga termasuk yang membutuhkan?

Mengutip buku “Revive Your Heart” karya Ust. Nouman Ali Khan,

“When you help someone, you are not honouring them; they are honouring you. In our dīn when you give ṣadaqah, for example to someone begging outside, you give charity; you have not helped them, the fact of the matter is they have helped you. They become testimony for you on Judgement Day. They become a forgiveness of your sins. You’ve helped them only in the dunyā, which is nothing to Allah, but they have helped you in ākhirah, which is everything. This is the change of attitude. This is: Rabbī innī limā anzalta ilayya min khayrin faqīr.”

Bukan hanya butuh mereka, tetapi melalui membantu dengan niat dan cara yang baik, kita juga ditolong mereka dengan cara atau perlakuan yang bisa saja berbeda.

Ketika kita masih diberi kesempatan oleh Allah untuk berbuat baik (bersedekah, membantu, dll), baik rasanya jika kita juga berterima kasih kepada orang yang kita berikan bantuan karena sejatinya mereka juga membantu dan menolong kita. Terakhir, yang kiranya perlu untuk terus dihidupkan, mengucap Alhamdulillah dan selalu bersyukur kepada-Nya.

Wallahu a’lam bishawab

— Buah pemikiran yang terinspirasi dari buku “Revive Your Heart” karya Ust. Nouman Ali Khan, refleksi diri, dan terutama dari video berikut https://youtu.be/dzlqGPFQdPc

--

--